Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan kerajaan islam terbesar kali pertama yang pernah berdiri di Jawa bagian Pasisir, pantai utara Jawa. Selain itu, kerajaan ini memiliki peranan penting dalam hal penyebaran agama Islam di Nusantara. Sebelumnya Demak ialah sebuah kadipaten yang termasuk sebagai bagian wilayah kekuasaan Majapahit, kemudian kerajaan ini muncul menjadi kekuatan baru yang memperoleh legitimasi dari kejayaan Majapahit.
Kerajaan ini pun diakui sebagai pelopor dalam penyebaran agama Islam tak hanya di tanah Jawa saja, namun mencakup wilayah Indonesia umumnya. Walaupun kepemerintahan Demak tak berlangsung lama dikarenakan adanya perebutan tahta antar kerabat kerajaan. Akhirnya pemerintahan Demak jatuh ke Kerajaan Pajang tahun 1560 M yang dibangun oleh Jaka Tingkir atau Hadiwijaya.
Daftar Isi
Sejarah Kerajaan Demak
Diakhir abad ke 15 M, lambat laun kemunduran Majapahit membuat beberapa wilayah naungannya satu per satu memisahkan diri. Bahkan kadipaten-kadipaten yang memiliki wilayah terbesar saling serang dan mengaku sebagai pewaris kerajaan Majapahit.
Dari hal-hal tersebut, lalu apa yang menjadi latar belakang berdirinya Kerajaan Demak?
Seperti yang Kamu ketahui, Demak adalah kerajaan Islam di Jawa dan menjadi pionir dalam perkembangan agama islam di Nusantara dan tanah Jawa khususnya. Kerajaan islam ini dibangun di Bintoro, tahun 1475 M.
Pada awalnya Demak hanyalah wilayah kadipaten dari salah satu daerah kekuasaan Majapahit. Saat itu Raden Patah adalah pemimbin dikadipaten tersebut sekaligus pendiri Kerajaan Majapahit.
Tetapi, karena kemunduran yang dialami Majapahit makin memburuk membuat daerah kekuasaan yang lainnya turut melepaskan diri. Itulah sebabnya, Demak ini berdiri tanpa ada satupun hubungan apapun dengan kejatuhan Majapahit. Karena ketika itu Majapahit tengah mengalami keterpurukan. Terlebih lagi Wali Songo juga mendukung didirikannya Kerajaan Demak sehingga Demak menjelma menjadi kerajaan yang besar.
Kira-kira seperti itulah yang melatar belakangi dibangunnya Demak. Raden Patah mengembangkan dan menyebarluaskan agama Islam. Sebab itu, ia mengupayakan dan memusatkannya pada satu tempat di pusat kota ini yang dipilih di pesisir utara Jawa bagian tengah.
Untuk perluasan islam, Wali Songo pun memusatkan kegiatannya dan menjadikan kota Demak jadi pusat untuk berbagai hal. Tak hanya itu, Raden Patah juga membuka pesantren di Desa Glagah Wangi.
Letak Kerajaan Demak
Kampung Bintoro yang berada di sekitar tepi laut ini, diprediksi sebagai lokasi dari Kesultanan atau Keraton Demak. Daerah tersebut termasuk bagian dari kota Demak, Jawa Tengah.
Pada masa Sunan Prawoto atau Raja ke 4, keraton pindah tempat ke Prawata, pada periode ini disebut sebagai Demak Prawata. Arya Penangsang memegang kekuasaan setelah Sunan Prawoto tiada dan memerintah kesultanan yang makin lemah dari Jipang-Panolan. Pada priode ini disebutan dengan Demak Jipang.
Menurut hasil studi dari IAIN Walisongo, pada tahun 1974, terdapat tiga daerah yang diperkirakan menjadi lokasi Kerajaan Demak, di antaranya :
- Hasil penelitian kali ini memperlihatkan, adapun kepentingan Raden Patah di Demak hanya semata-mata untuk menyiarkan agama Islam. Sementara itu tempat tinggalnya hanya rumah biasa bukan istana megah seperti yang dirumorkan banyak orang. Masjid yang didirikan oleh Wali Songo bagi beliau hanya menganggapnya sebagai lambang kesultanan.
- Masjid yang dibuat Wali Songo ini berada di sekitar istana. Letak kerajaan ini diperkirakan ada di daerah di mana sekarang jadi tempat Lembaga Permasyarakatan.
- Bukti selanjutnya yang mengungkapkan letak istana atau keraton berdekatan dengan Masjid Agung Demak. Jika Kamu menyeberangi sungai terdapat dua pohon pinang. Masyarakat di sana meyakini kalau di antara kedua pohon pinang itu ada sebuah makam Kiai Gunduk.
Silsilah Raja Kerajaan
Keberadaan Kerajaan ini memang tidak berlangsung lama. Akan tetapi, setidaknya ada tiga Raja besar yang mengembangkan Kerajaan Demak, yaitu;
– Raden Patah atau Jim Bun Sekitar Tahun 1500-1518 M.
Diketahui Raden Patah memiliki darah Tionghoa dari ibunya, jadi ia dikenal juga dengan nama Jim Bun. Sultan Alam Akbar Al Fatah adalah gelarnya ketika menjadi Raja Demak.
Di masa pemerintahannya beliau mendirikan Masjid Agung Demak yang di tengah Alun-alun Demak. Kedudukan kerajaan ini menjadi makin penting karena Malaka dikuasai Portugis. Walaupun begitu, Raden Pata mengutus Pati Unus pada 1512 M, dengan jumlah pasukan sekitar 100 kapal dan 5.000 pasukan diberangkatkan dari pelabuhan Jepara. Pada Januari 1513 M Pati Unus menyerang Portugis di Malaka dengan mencoba memberikan kejutan berupa serangan dadakan kepada orang-orang Portugis di perairan kerajaan Islam Malaka, namun pada akhirnya ia kalah.
– Pati Unus Tahun 1518-1521 M.
Pati Unus memegang takhta Kerajaan Demak ketika Raden Patah tiada tahun 1518 M. Walaupun ia gagal melawan Portugis di Malaka, Pangeran Sabrang Lor ini tetap disegani sebagai seorang panglima perang yang gagah dan juga pemberani.
Setelah perjalanan ke Malaka, Pati Unus mengatur rencana penyerangan ke Katir. Ia lakukan hal ini sebagai blokade terhadap Portugis, dan strategi ini berhasil membuat Potugis kekurangan persediaan makanan.
– Sultan Trenggono Tahun 1521-1546 M.
Setelah Pati Unus tewas, maka tampuk kepemimpinan jatuh ke adiknya, yakni Sultan Trenggono. Masa-masa kejayaan Kerajaan Demak yaitu ketika Sultan Trenggono berkuasa. Beliau dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana, dan ia mampu memperluas area kekuasaannya sampai ke Jawa Barat dan Jawa Timur.
Pada 1522, untuk mengusir Portugis, Sultan Trenggono mengirim tentara kerajaan dalam pimpinan Fatahillah ke Sunda Kelapa. Kemudian Sunda Kelapa beralih nama jadi Jayakarta, dan sekarang daerah tersebut lebih dikenal dengan nama Jakarta.
Kehidupan Politik Kerajaan Demak
Gambar Kerajaan Demak pada kehidupan politik Kesultanan Demak ini berawal dari Raden Patah sebagai raja pertama pada tahun 1475-1518 M. Berdasarkan Babad Tanah Jawi, Raden Patah masih keturunan dari raja Majapahit yaitu Brawijaya ke V, sebab ia adalah putra dari Brawijaya dengan selirnya yang berasal dari Tiongkok. Salah satu alasan itu ia menjadi Adipati di daerah Bintoro, Demak, yang diangkat oleh Majapahit.
Di masa awal Kerajaan Demak, agar pengaruh Demak meningkat dalam perdagangan secara nasional dan internasional, Demak melakukan penyerbuan ke Malaka tahun 1513 M. Serangan yang dipimpin langsung Adipati Unus ini sayangnya berakhir dengan kegagalan. Saat itu pun keberadaan Wali Songo sangat penting yakni sebagai penasihat Istana. Misalnya Sunan Kalijogo yang membawa Demak menjadi kerajaan yang menerapkan teokrasi yang didasarkan atas hukum Islam.
Wafatnya Raden Patah, maka raja selanjutnya ialah puteranya Adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor. Masa kepemimpinannya hanya berlangsung sekitar tiga tahun. Karena Adipati Unus tidak mempunyai penerus sehingga tahta kerajaan Demak ini diperebutkan oleh Sekar Seda Lepen dengan Raden Trenggono. Dalam perebutan kuasa ini Sekar Seda Lepen dibunuh oleh Raden Trenggono. Dengan demikian takhta kerajaan jatuh ke Sultan Trenggono.
Pada kepemimpinan Raden Trenggono, ia berhasil membawa Demak ke masa kejayaan. Masa keemasan ini sungguh luar bisa di tangan Sultan Trenggono. Wilayah kekuasaan Demak pun sangat luas, sampai ke daerah Jawa Barat seperti Banten, Jayakarta, dan Cirebon. Tak hanya di area Jawa Barat saja, kekuasaan Demak hingga ke daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Peninggalan Kerajaan
Beberapa sumber sejarah Kerajaan Demak ini menjadi bukti akan keberadaan Kerajaan Islam Demak.
Sebagian masih berdiri utuh dan adapula yang disimpan, peninggalan tersebut antara lain:
Masjid Agung Demak
Masjid ini merupakan peninggalan yang paling populer dan sebagai saksi bisu atas kejayaan Kerajaan Demak. Masjid Agung Demak pernah beberapa kali mengalami renovasi, masjid ini juga dikenal karena keunikan pada gaya arsitekturnya yang sarat akan nilai filosofi.
Pintu Bledek
Pintu ini sering disebut dengan pintu petir karena kata bledek artinya petir sehingga peninggalan ini disebut demikian. Ki Ageng Solo lah yang membuat Pintu Blebek ini tahun 1466 M untuk dipasang di pintu utama Masjid Agung. Meskipun pintu ini sudah tidak digunakan lagi, tapi Kamu masih bisa ke sana.
Soko Tatal atau Soko Guru
Masih bagian dari Masjid Agung, Soko Guru adalah tiang penyanggah pada mesjid, tiang ini memiliki diameter 1 meter, dan terdapat empat Soko Guru yang dibuat sendiri oleh Kanjeng Sunan Kalijaga untuk Masjid Agung.
Dampar Kencana
Dampar Kencana adalah sebuah singgasana yang digunakan para sultan atau raja-raja yang pernah jadi pemimpin Kerajaan Demak. Benda sejarah ini pun sempat dipakai sebagai mimbar khotbah tapi kini telah disimpan di Masjid Agung Demak.
Faktor Kemunduran Kerajaan Demak
Demak merupakan sebuah kerajaan dalam bentuk kesultanan di mana Islam menjadi agama utama pada sendi kehidupan kerajaan tersebut.
Sebagai Kerajaan Islam, Demak berhasil menyebarkan islam dengan gemilang, khusunya di pulau Jawa. Walau amat disayangkan kerajaan ini mengalami kejatuhan karena satu hal dan lainnya.
Rangkuman kerajaan Demak atas kajayaannya telah diurai sebelumnya dan berikut ini adalah faktor-faktor yang menjadi penyebab kerajaan Islam ini akhirnya hancur. Simak uraiannya di bawah ini.
1. Adanya Konflik Kekuasaan
Setelah Adipati Unus tewas melawan Portugis di Malaka, Demak mengalami kekosongan kepemimpinan karena Adipati Unus tidak memiliki putra sebagai penerusnya. Ditambah lagi banyak keturunannya ingin merebut tampuk kekuasaan, hal ini telihat jelas pada perselisihan Raden Trenggono dengan Pangeran Seda Lepen yang akhirnya takhta jatuh ke Trenggono. Setelah itu Raden Trenggono pun terbunuh, sebab perebutan kekuasaan dan hal ini terus berlanjut.
2. Masalah Pada Wilayah Kekuasaan
Pemerintahan Kesultanan Demak dikenal juga sebagai kerajaan yang ada di wilayah maratim, di mana hal ini membuat daerah yang ada di pedalaman dalam kekuasaan Demak menjadi terpecah.
3. Terjadi Pemberontakan Karena Sistem Pemerintahan
Pemberontakan ini terjadi disebabkan adanya masalah politik yang timbul di antara para pemimpin Demak yang telah merdeka dari Kerajaan Majapahit tak ingin tunduk dengan pemerintahan Demak yang baru. Terlebih para pemimpin Demak menganut agama Islam dengan paham Syiah.
4. Pusat Kota Pindah ke Pajang
Sebab runtuhnya Kerajaan Demak selanjutnya karena setelah Sultan Trengono tiada, banyak konflik dan intrik yang terjadi demi perebutan takhta kekuasaan. Perebutan ini dimenangkan oleh Jaka Tingkir, lalu ia memindahkan Ibu kota Demak ke daerah Pajang.
Keberadaan Kerajaan Demak di Indonesia menjadi salah satu sejarah besar dalam penyebaran islam di Nusantara. Banyak peradaban islam yang berkembang saat Demak berkuasa di tanah Jawa. Tentunya kemajuan ini tak lepas atas sokongan para Wali Songo.